My Followers

Data Absensi

Senin, 06 Agustus 2012

Ukhuwah Islamiyah

Segala puji hanya milik Allah Ta'ala nan telah mempersaudarakan kaum muslimin di atas aqidah & manhaj nan lurus. Semoga shalawat & salam selalu dilimpahkan kepada manusia teladan dlm merajut persaudaraan diantara kaum mukminin, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, sahabat & para pengikut sunnahnya dgn baik hingga hari kiamat. 


Ukhuwah Islamiyah, merupakan salah 1 tujuan besar nan hendak dicapai oleh syari'at. Merupakan salah 1 pondasi & tali keimanan nan paling kokoh, sebagaimana sabda Nabi:
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ اَلْمُوَالاَةُ فِي اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
Tali iman nan paling kuat adalah saling berkasih-sayang karena Allah, memusuhi karena Allah, mencintai karena Allah & membenci karena Allah. (*1)
Dengan ukhuwah Islamiyah, kaum beriman saling mencintai, berkasih-sayang & bersatu, sehingga kaum muslimin bisa menikmati kebahagian di bawah naungan ukhuwah Islamiyah. Allah berfirman: “Sesungguhnya kaum beriman itu bersaudara”. (Al Hujurat:10). Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
Ruh-ruh manusia adalah pasukan nan besar. Selagi ruh-ruh itu saling mengenal, maka mereka akan bersatu padu. Dan selagi ruh-ruh itu saling mengingkari, maka mereka akan berselisih. [HR Muslim].
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلاَيُكَذِّبُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ
Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya, tak boleh menzhaliminya, menghinakannya, mendustakannya & merendahkannya. [HR Muslim, no. 2580].
KEUTAMAN UKHUWAH ISLAMIYAH
Ukhuwah Islamiyyah karena Allah, memiliki keutamaan-keutamaan nan akan kembali kepada orang-orang nan saling bercinta, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia dia akan mendapatkan kemantapan jiwa dlm mengembangkan kemauan & cita-citnya.
Dalam hadits nan diriwayatkan Umar bin Khaththab, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah, ada diantara mereka orang-orang nan bukan nabi & bukan pula syuhada. Pada hari kiamat, para nabi & para syuhada menginginkan mereka menempati kedudukan mereka nan berasal dari Allah. ” Para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Beritahukanlah kepada kami, siapakah mereka itu? Beliau menjawab,”Mereka adalah kaum nan saling mencintai karena Allah, padahal diantara mereka tak ada pertalian darah & tak ada harta nan saling diberikan. Sungguh demi Allah, wajah mereka laksana cahaya. Dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya. Mereka tak merasa ketakutan saat manusia pada keadaan takut & mereka tak bersedih saat manusia bersedih. ” Dan Beliau membaca ayat ini: Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tak ada kekhawatiran terhadap mereka & tidak(pula) mereka bersedih hati. [Yunus:62]. (*2)
Diantara keutamaan ukhuwah adalah sebagai berikut:
• Ukhuwah dapat mengantarkan pelakunya ke barisan orang-orang nan memiliki keutamaan.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah 2 orang nan saling bercinta karena Allah, melainkan nan paling utama diantara keduanya adalah nan paling cinta kepada sahabatnya itu”. (*3)
• Bercinta karena Allah adalah jalan menuju naunganNya.
Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah pada hari kiamat berfirman.
أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي
Manakah orang-orang nan bercinta? Dengan keagunganKu, Aku akan memberikan naungan kepada mereka dlm naunganKu pada hari nan tiada naungan, kecuali naunganKu. (*4)
Tujuh golongan nan akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat nanti, antara lain ialah 2 orang nan berkasih-sayang karena Allah, bertemu karena Allah & berpisah karena Allah. (*5)
Bercinta di atas mahabatullah, karena aqidah bersifat kekal & tak akan pernah putus karena dunia & selainnya.
• Berhak mendapat kecintaan Allah (mahabatullah), karena Allah memuliakan orang nan mencintai seorang hamba karena Allah.
Dari Ubadah bin Ash Shamit berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda, nan Beliau riwayatkan dari Rabb Azza wa Jalla.
حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَوَاصِلِيْنَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ
Cintaku menjadi hak bagi orang-orang nan bercinta karena Aku. Dan cintaKu menjadi hak bagi orang-orang nan saling menyambung (silahturahim) karena Aku. CintaKu menjadi hak bagi orang-orang nan saling mengunjungi karena Aku. Dan cintaKu menjadi hak bagi orang-orang nan saling memberi karena Aku. [Musnad Ahmad, 5/239].
Rasulullah juga bersabda nan diriwayatkan dari Rabb-nya: “Aku berikan cintaKu kepada orang-orang nan bercinta karena Aku, orang-orang nan saling bertemu dlm majelis karena Aku, & orang-orang nan saling memberi karena Aku. ” (HR Malik dlm Muwaththa' dari Mu'adz, no. 1. 735). Dan dlm Al Jami' Ash Shaghir, no. 5. 516, Beliau bersabda: “Dan tidaklah seorang hamba mencintai seorang hamba lainnya karena Allah, melainkan Allah memuliakannya. “
• Dengan ukhuwah akan diperoleh manisnya iman.
Dalam sabda Nabi dari Anas bin Malik disebutkan, bahwa Beliau bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Ada 3 perkara; barangsiapa nan ketiganya terdapat di dlm dirinya, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu hendaklah: Allah & RasulNya lebih dicintainya daripada selain keduanya, & mencintai seseorang semata-mata karena Allah, serta ia tak suka kembali kepada kekafiran setelah Allah membebaskannya darinya sebagimana ia tak suka dilempar ke dlm api neraka. [HR Bukhari, Vol. 5 no. 16 & Muslim].
Nabi bersabda: “Barangsiapa ingin mendapatkan rasa iman, maka hendaklah ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah. [Al Jami' Ash Shaghir, no. 5. 958].
• Bercinta karena Allah & utk Allah akan menjadi pembuka pintu surga.
Disebutkan dlm salah 1 hadits shahih dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Kalian tak masuk surga, sehingga kalian beriman. Dan kalian tak beriman, sehingga kalian saling mencintai. Ketahuilah, akan aku tunjukkan sesuatu. Jika kalian saling mengerjakannya, maka kalian akan saling mencintai. Yaitu sebarkanlah salam diantara kalian. [HR Muslim].
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan ukhuwah lainnya nan tak mungkin disebutkan disini secara keseluruhan.
URGENSI PERSAUDARAAN
Pepatah mengatakan, bersatu kita ini teguh bercerai kita ini runtuh. Tidak ada cara lain utk menyelamatkan seluruh asset umat & memberdayakan potensi sumber daya umat, kecuali dgn mengaplikasikan makna persaudaraan & solidaritas secara benar & sejati, kemudian diwujudkan dlm interaksi sosial & perilaku kehidupan. Sebagaimana telah disampaikan dlm sabda Nabi: “Orang mukmin bagi orang mukmin lainnya seperti bangunan; 1 sama lain saling menguatkan,” & Rasulullah menjalinkan jari-jemarinya. (Muttafaqun'alaih).
Sabda Beliau n: “Perumpamaan orang-orang mukmin dlm saling mencinta, saling berbelas kasihnya & saling perhatiannya, laksana badan. Jika salah 1 anggota ada nan sakit, maka nan lainnya merasa mengeluh & panas. [Muttafaqun'alaih].
Ketahuilah, ukhuwah & solidaritas sejati tak akan bisa diraih, kecuali bila dibangun di atas pondasi nan kokoh, berangkat dari sikap ketulusan, aqidah nan lurus, keimanan nan murni, manhaj nan benar & ikhlas dlm nasihat-menasihati.
LANDASAN PERSAUDARAAN DAN SOLIDARITAS
Menurut Islam, bangunan persaudaraan & solidaritas hanya bisa ditegakkan di atas aqidah & manhaj nan shahih; karena persaudaraan & solidaritas tanpa adanya landasan nan jelas & kokoh nan mampu menyatukan berbagai kepentingan, ambisi & keinginan merupakan suatu nan mustahil. Maka memperjelas landasan & manhaj persaudaraan itu lebih penting daripada persaudaraan itu sendiri, kecuali nan dikehendaki dari persaudaraan tersebut hanya bersatu secara jasad & kosong dari nilai ketakwaan, keimanan & moralitas agama.
Oleh karena itu, para rasul & khususnya Nabi Muhammad n terlebih dahulu diperintahkan utk menegakkan agama & jangan bepecah-belah dlm menerima kebenaran, sebagaimana firman Allah, nan artinya: Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa nan telah diwasiatkanNya kepada Nuh & apa nan telah kami wahyukan kepadamu & apa nan telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa & Isa. Yaitu, tegakkanlah agama & janganlah kamu berpecah-belah tentanggnya. [Asy Syura:13].
Dengan melandaskan persaudaraan & solidaritas di atas aqidah nan shahih, dgn mudah kita ini bisa menghancurkan & meluluhkan segala bentuk kebatilan. Sedangkan persaudaraan nan tak dibangun di atas aqidah shahihah, akan menyebabkan umat Islam hanya menjadi bulan-bulanan umat lain & mangsa kaum kuffar.
Rasulullah telah memberi peringatan nan cukup jelas tentang kondisi umat Islam, bila dlm hidupnya keluar dari aqidah Islam & lebih memilih keduniaan (artinya): Hampir-hampir umat lain bersekongkol mengeroyok kalian seperti orang-orang mengeroyok makanan dari nampan. Seseorang bertanya,”Apakah pada saat itu kita ini sedikit, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Bahkan kalian banyak, tetapi kalian seperti buih banjir. Dan Allah mengambil dari hati-hati musuhmu rasa takut terhadap kalian, lalu Allah memasukkan di hatimu (penyakit) wahn. ” Kami para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Apa itu wahn?” Beliau menjawab,”Cinta dunia & benci mati. ” [HR Ahmad & Abu Dawud].
Usaha serius & kerja keras sangat dituntut utk menuju perubahan hahiki & penuh kepastian, sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya Allah tak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan nan ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada nan dapat menolaknya; & sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. [Ar Ra'd:11].
Inilah ketetapan Allah, nan kita ini diperintahkan utk berinteraksi dengannya, maka kita ini harus berusaha utk merubah kondisi & nasib sendiri dgn tetap berjalan di atas manhaj nan lurus, sambil memohon keteguhan dari Allah. kita ini mengharapkan pertolongan setelah berusaha, berjihad, bersabar, tabah, & mengerahkan berbagai kekuatan. Ini semua tak akan tercipta, kecuali dgn manhaj Salaf, karena ia sebagai penyelamat dari fitnah. Manhaj Salaf merupakan jalan keluar dari kesulitan, & pijakan utama dlm merealisasikan cita-cita umat nan ingin mewujudkan ukhuwah & solidaritas sejati, serta kekuatan di bumi utk menegakan syari'at Allah, melaksanakan hukumnya diantara hambaNya, & mewujudkan ubudiyah (ibadah) hanya kepada Rabb semesta alam walaupun musuh-musuh Allah ingin memandamkan cahaya kemenangan tersebut.
Allah berfirman, nan artinya: Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dgn mulut (ucapan-ucapan) mereka, & Allah tetap menyempurnakan cahayaNya meskipun orang-orang kafir benci. Dia-lah nan mengutus RasulNya dgn membawa petunjuk & agama nan benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci. [Ash Shaf:8,9].
Karena itulah, maka manusia membutuhkan manhaj (metode) utk mereka jalankan & mengembalikan manusia agar bersesuaian dgn alam tempat ia hidup di dalamnya, & utk menciptakan tatanan masyarakat nan masing-masing individunya saling bersaudara karena Allah, nan diikat dengana aturan Ilahi. Antara 1 dgn sebagian lainnya saling menguatkan & mempertahankan keberadaan mereka dari keburukan. Dan manusia sendiri tak akan mendapatkan atau melihat jalan nan lurus, melainkan jika ia kembali kepada manhaj Rabb-nya nan bisa mengembalikan kepada fitrah. Karena manhaj Ilahi tersebut adalah agama fitrah, nan Allah menciptakan manusia di atasnya. Allah berfirman, nan artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dgn lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah nan telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama nan lurus; tetapi kebanyakan manusia tak mengetahui. [Ar Rum:30].
HAK DAN KEWAJIBAN DALAM HIDUP BERSAUDARA
• Saling mengasihi & menyayangi sesama saudara mukmin, berdasarkan sabda Rasulullah, tidaklah beriman diantara kalian sehingga saudaranya lebih dicintai daripada dirinya sendiri. (*6)
• Saling memberi pertolongan & bantuan dlm memenuhi segala & kebutuhan. Rasulullah bersabda: Barangsiapa nan menghilangkan kesulitan dari saudara mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesulitan darinya pada hari kiamat. Dan barangsiapa nan memudahkan orang sedang dlm kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia & akhirat. [HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi & Ibnu Majah].
• Saling berkunjung & berziarah. Karena hal tersebut akan menumbuhkan persaudaraan & mendatangkan rahmat dari Allah, serta akan diluaskan rizkinya & dipanjangkan umurnya. Rasulullah n: Barangsiapa nan senang diluaskan rizkinya & ditunda umurnya, maka hendaklah bersilaturahmi. [Muttafaqun ‘alaih].
• Saling menjaga nama baik, kehormatan & harga diri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Ketahuilah sesungguhnya darah kalian, harta kalian & kehormatan kalian, menjadi haram terhadap kalian seperti haramnya bulan kalian ini & negeri kalian ini. [HR Ahmad].
• Saling mendo'akan & memohonkan ampun kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman, nan artinya: Dan orang-orang nan datang setelah mereka (Muhajirin & Anshar) mereka berdo'a: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami & saudara-saudara kami nan telah beriman lebih dahulu dari kami, & janganlah Engkau membiarkan kedengkian dlm hati kami terhadap orang-orang nan beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha penyayang. [Al Hasyr:10].
SARANA-SARANA nan DAPAT MEMPERKOKOH UKHUWAH
• Berkunjung karena Allah disertai dgn keikhlasan karena Allah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di sebuah desa, maka Allah mengutus seorang Malaikat utk menemuinya. Ketika Malaikat itu datang kepadanya, Malaikat tersebut bertanya kepadanya: “Kemana kamu hendak pergi?” Laki-laki itu menjawab,”Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini. ” Malaikat bertanya,”Apakah engkau akan mendapatkan keuntungan nan bisa dipetik darinya?” Dia menjawab,”Tidak. Hanya saja aku mencintainya karena Allah Ta'ala. ” Malaikat itu(pun) berkata,”Aku ini adalah utusan Allah nan diutus kepadamu (untuk memberitahukan), bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintainya karenaNya. ” (*7)
Sabda Nabi nan lain adalah: Barangsiapa menjenguk orang nan sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka penyeru menyerukan: “Anda baik perilakumu, serta anda telah menyiapkan suatu tempat di surga”. [HR Tirmidzi, no. 2. 002].
• Memberi hadiah.
Hadiah mempunyai pengaruh nan besar dlm jiwa manusia. Hadiah dapat menimbulkan rasa cinta, sebagaimana sabda Rasulullah: Hendaklah kalian saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai. (*8)
Dari ‘Aisyah, ia berkata: Rasulullah menerima hadiah & membalasnya kembali. (*9)
• Larangan memutus hubungan.
Memutuskan hubungan bisa menghancurkan ukhuwah & menyebabkan perpecahan nan dilarang oleh Nabi. Beliau n bersabda: Tidak halal bagi seorang muslim berseteru dgn saudaranya lebih dari 3 hari; keduanya bertemu namun 1 sama lain saling berpaling, & sebaik-baik keduanya adalah nan pertama-tama memberi salam. [HR Bukhari-Muslim].
Oleh karena itu, setiap muslim wajib memaafkan kesalahan & kekurangan saudaranya, & memaafkan keteledorannya serta tetap mengenang sifat-sifatnya nan terpuji, & tak menyebut keburukan-keburukannya belaka.
Dalam kitab Ad Dunya wa Ad Din, hlm. 174, disebutkan: Kemudian, seyogyanya ia tak menjauhinya karena 1 atau 2 perangai nan tak disukainya, jika seluruh akhlaknya nan lain dapat diterima & kebanyakan tabiatnya terpuji. Karena suatu nan sedikit itu lumrah, & kesempurnaan itu sukar diperoleh.
• Itsar (lebih mementingkan saudaranya seiman).
Lebih mementingkan saudaranya seiman merupakan sarana penting utk melanggengkan ukhuwah imaniah, sebagaimana firman Allah: Dan orang-orang nan telah menempati kota Madinah & telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang nan berhijrah kepada mereka. Dan mereka tak menaruh keinginan dlm hati mereka terhadap apa-apa nan diberikan kepada mereka (orang-orang Muhajirin); & mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sekalipun diri mereka memerlukan (apa nan mereka berikan itu). [Al Hasyr:9].
Dengan itsar, ukhuwah akan bertambah kuat & menghujam, sehingga tak ada perselisihan nan dapat mencabutnya, tak ada persengketaan nan dapat mengenyahkannya, & tak ada permusuhan nan dapat menumbangkannya.
• Marah karena saudaranya.
Dia akan marah ketika kehormatan saudaranya dirampas & harga dirinya dihinakan, atau ia mendapatkan sesuatu nan tak menyenangkan dari musuh. Dia akan merasa sedih tatkala saudaranya bersedih.
• Memberitahukan tentang cintamu kepadanya.
Dalam hatits nan diriwayatkan Imam Bukhari disebutkan, jika salah seorang diantara kalian mencintai saudaranya, maka hendaklah ia memberitahukan kepadanya bahwa ia cinta kepadanya. (*10)
BUAH UKHUWAH ISLAMIYAH
Bila ukhuwah Islamiyah telah bersemi, merekah & tumbuh dgn subur, maka akan dapat membuahkan hasil, diantaranya:
• Terwujudnya persatuan Islam nan kokoh, karena diikat dgn aqidah Rabbaniyyah, & tegak di atas landasan takwa, sebagaimana firman Allah dlm surat Al Hujurat, nan artinya: Sesungguhnya hanyalah orang-orang nan beriman itu bersaudara, (Al Hujurat:10) & juga firman Allah, nan artinya: Sesungguhnya orang nan paling mulia di sisi Allah adalah nan paling bertakwa. [Al Hujurat:13].
Betapa besar & kuatnya persatuan jika berjuta orang dari berbagai negeri terhimpun seluruhnya di bawah panji ukhuwah dgn beriman kepada Rabb nan sama, nabi nan sama & syari'at nan sama, serta manhaj nan lurus.
• Tersebarnya Islam ke seluruh penjuru bumi.
• Terpencarnya peradapan Islam.
• Kuatnya solidaritas dlm masyarakat Islam.
• Menjadi pendukung majunya ilmu & peradaban.
FAKTOR nan MEMBUAT RAPUHNYA UKHUWAH DAN SOLIDARITAS
Musuh paling utama ukhuwah adalah perpecahan. Atau disebut dgn istilah furqoh nan berasal dari lafazh mufaraqah, nan berarti berbeda, menyelisihi & putus hubungan. Furqoh juga berasal dari lafazh syadz, nan berarti keluar dari asal-usulnya atau keluar dari jama'ah.
Sedangkan menurut istilah ulama aqidah, furqoh adalah sikap keluar dari Sunnah & jama'ah dlm masalah ushuluddin, baik berkaitan dgn aqidah, atau syari'at amaliyah nan bersifat qath'i, atau berkaitan dgn maslahat umat nan sangat mendasar.
Disebutkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنْ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ وَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا وَلَا يَتَحَاشَى مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلَا يَفِي لِذِي عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ
Barangsiapa keluar dari ketaatan & menyelisihi jama'ah lalu mati, maka ia mati dlm keadaan jahiliyah. Dan barangsiapa nan berperang di bawah panji-panji kesukuan, marah utk membela suku atau mengajak kepada kesukuan atau membantu karena kesukuan lalu terbunuh, maka ia terbunuh dlm keadaan jahiliyah. Barangsiapa nan keluar dari kelompok umatku, lalu membunuh (secara membabi buta) orang nan baik & nan buruk & tak menjaga diri dari orang beriman serta tak menjaga perjanjian, maka ia bukan tergolong dariku, & aku (berlepas diri) darinya. [HR Muslim].
Jadi, menyelisihi Ahli Sunnah Wal Jama'ah dlm perkara ushuluddin nan berkaitan dgn aqidah, maka demikian itu termasuk firqah. Begitu juga masuk ke dlm firqah, bila menyelisihi Ijma' umat Islam. Juga termasuk ke dlm firqah, jika menyelisihi jama'ah kaum muslimin & imam mereka, nan termasuk maslahat sangat mendasar ini. (*11)
PERBEDAAN ANTARA FURQOH DENGAN IKHTILAF
Banyak orang nan belum mampu memilah antara perpecahan dgn perbedaan, padahal keduanya terdapat perbedaan nan sangat fundamental. Antara lain:
• Perpecahan, merupakan bentuk perbedaan nan sangat berat & meruncing; karena terkadang perbedaan bisa mengarah kepada perpecahan, namun sebaliknya, tak semua perbedaan secara otomatis dapat menimbulkan perbecahan.
• Tidak semua perbedaan dianggap perpecahan, namun setiap perpecahan pasti bisa dianggap perbedaan.
• Setiap perpecahan terjadi akibat perbedaan dlm masalah ushuluddin atau aqidah, nan tak mungkin mengenal perbedaan seperti perkara agama nan bersifat qath'i atau ijma ulama. Sementara perbedaan sebatas masalah furu' nan sangat berpeluang terjadi perbedaan dlm masalah tersebut karena secara dalil & historis membuka peluang utk berbeda.
• Perbedaan atau masalah khilafiyah, muncul akibat dari kemampuan seorang ulama dlm berijtihad nan dibarengi dgn i'tikad & niat nan baik. Jika benar dlm ijtihadnya, ia mendapat 2 pahala. Dan bila salah dlm ijtihadnya, maka Allah memberi 1 pahala & mengampuni kesalahan tersebut.
• Perpecahan biasanya seputar masalah agama nan sudah jelas sanksi & ancamannya. Dan siapa saja nan menyelisihinya, pasti dianggap aneh & mengalami kehancuran. Adapun perbedaan tidaklah seperti itu. karena, apapun nan terjadi dlm masalah khilafiyah, seorang muslim tak boleh saling menyesatkan apalagi mengkafirkan, namun semua harus mencari pendapat nan paling kuat dalilnya & paling dekat dgn kebenaran. Bahkan diharamkan talfiq (memilih-milih pendapat nan lemah) atau mencari-cari pendapat nan ganjil, disebabkan karena kesalahan ulama dlm berijtihad.
KEPASTIAN ADANYA FIRQAH DALAM TUBUH UMAT
Dalam Al Qur'an maupun Asd Sunnah, banyak ditemukan dalil-dalil nan memberi penjelasan adanya furqoh atau perpecahan dlm tubuh Umat Islam. Allah berfirman, nan artinya: Jikalau Rabb-mu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat nan satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang nan diberi rahmat oleh Rabb-mu. [Hud: 118,119].
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud, ia berkata: Suatu hari Rasulullah membuat garis lalu bersabda,”Inilah jalan Allah,” kemudian (Beliau) membuat garis-garis dari arah kanan & kirinya, lalu bersabda,”Ini adalah jalan-jalan, & setiap jalan itu terdapat syetan nan mengajak kepadanya,” kemudian Beliau membaca firman Allah: Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu nan lurus, maka ikutilah dia; & janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. nan demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. [Al An'am:153].
Dari ‘Auf bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Kaum Yahudi terpecah penjadi 7 puluh 1 golongan, 1 golongan di Surga & 7 puluh golongan di Neraka. Dan kaum Nashrani terpecah menjadi 7 puluh 2 golongan, 7 puluh 1 golongan di Neraka & 1 golongan di Surga. Dan demi jiwa Muhammad ada di tanganNya, ummatku akan terpecah menjadi 7 puluh 3 golongan, 1 golongan berada di Surga & 7 puluh 2 golongan berada di Neraka. ” Beliau ditanya: “Wahai, Rasulullah. Siapakah mereka?” Beliau bersabda,”Al Jama'ah. ” [HR Ibnu Majah].
Dari Abdullah bin Amr, bahwa Rasulullah bersabda:
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
Dan ummatku akan terpecah menjadi 7 puluh 3 agama, semua masuk Neraka kecuali 1 agama”. Beliau ditanya,”Wahai, Rasulullah. Siapakah mereka?” Beliau bersabda,”Golongan nan meniti jalan hidupku & jalan hidup sahabatku. [HR Tirmidzi].
Nash-nash di atas, secara gamblang menjelaskan bahwa Umat Islam akan berpecah belah, maka perpecahan dlm tubuh umat pasti akan terjadi. Namun perpecahan tersebut, oleh Rasulullah dianggap sebagai suatu adzab & kehancuran. Oleh sebab itu, perpecahan tersebut tak harus dibuat & bukan suatu hal nan dipuji, tetapi muncul sebagai bentuk ujian & cobaan; sehingga banyak anjuran, baik dari Allah & RasulNya utk bersatu berada di atas kebenaran & menghindar dari segala sumber perpecahan. Sebab, perpecahan itu tak akan terjadi, bila umat berada di atas ilmu & pemahaman nan benar, serta mengetahui secara baik kebenaran dari Al Qur'an, Sunnah & manhaj Salafush Shalih.
PEMICU TIMBULNYA PERPECAHAN UMAT
Perpecahan bukanlah semata-mata takdir & sunnatullah, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor manusiawi. Adapun faktor-faktor nan dominan menjadi pemicu perpecahan di kalangan umat Islam, antara lain ialah:
• Bercampurnya ajaran kesyirikan & bid'ah dgn ajaran Islam, sehingga sebagian umat Islam tak mampu membedakan antara ajaran nan murni dgn ajaran nan bathil.
• Bodohnya sebagian umat Islam terhadap ajaran Islam nan murni, & lemahnya semangat mereka utk mempelajari ajaran Islam secara benar.
• Fanatis & taklid buta terhadap kelompoknya, tokoh & figur & lebih senang mengedepankan keinginan hawa nafsu dgn mengorbankan nilai-nilai keimanan.
• Mendahulukan akal & logika belaka daripada kepada nash-nash Al Qur'an & As Sunnah.
KIAT DAN SOLUSI KELUAR DARI PERPECAHAN
• Pemurnian tauhid & meluruskan aqidah, serta bersihkan kesyirikan, bid'ah, takhayul & khurafat; karena tak mungkin kita ini menyatukan umat dlm 1 barisan, sementara masih ada perbedaan nan fundamental dlm masalah aqidah, sebagimana firman Allah nan artinya: Dan janganlah kamu termasuk orang-orang nan mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang nan memecah-belah agama mereka, & mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan bangga dgn apa nan ada pada golongan mereka. [Ar Rum:31, 32].
• Persaudaran & solidaritas nan selalu mengedepankan ilmu & cinta ulama, sebab ilmu adalah kunci perekat nilai persaudaraan. Semakin tinggi kesadaan ilmu agama seseorang, semakin tinggi ilmu ruhiyah persaudaraan nan ia perjuangkan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa nan dikehendaki oleh Allah kebaikan pada dirinya, maka ia difahamkan dlm urusan agama. [Muttafaqun'alaih].
• Mampu menundukkan nafsu & keinginannya berada dlm kendali sunnah Rasulullah. Beliau n bersabda: “Tidaklah beriman diantara kalian, sehingga ia memperturutkan hawa nafsunya (sesuai) dgn apa nan aku bawa & tak melenceng darinya”.
• Menanggalkan segala bentuk fanatisme terhadap figur, kelompok & golongan tertentu, & hanya fanatis terhadap aqidah Islam, sebagaimana firman Allah, nan artinya: Hai, orang-orang nan beriman, janganlah kamu mendahului Allah & RasulNya & bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
• Memerangi segala bentuk taklid membabi buta nan mengalahkan obyektifitas dlm menerima dalil-dalil kebenaran. Allah berfirman, nan artinya: Dan janganlah mengikuti apa nan kamu tak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya. [Al Isra':36].
SEJARAH PERPECAHAN UMAT MASA LALU DAN REFLEKSINYA DI MASA AKHIR ZAMAN
Pada masa Khalifah Utsman masih hidup, perpecahan itu belum begitu tampak, tetapi baru terjadi setelah terbunuhnya Khalifah Utsman. Perselisihan antara kaum muslimin mulai terjadi semenjak zaman pemerintahan Ali. Pada masa inilah mulai tampak tanda-tanda munculnya firqah di bawah panji-panji Khawarij & Syi'ah.
Pada zaman pemerintahan Abu Bakar & Umar bin Khaththab hingga Utsman, kristalisasi firqah belum terjadi. Karena pada waktu itu, para sahabat sangat gigih menepis & membasmi perpecahan. Seorang muslim tak boleh berprasangka buruk. Para sahabat tak membiarkan ataupun tak memberikan peringatan terhadap bahaya perpecahan. Bahkan mereka sangat keras memerangi segala bentuk nan menjadi sumber terjadinya perpecahan, baik dari sisi aqidah, pemikiran atau masalah fikih atau ubudiyah.
Setelah zaman mereka berlalu, kemudian muncul berbagai tokoh bid'ah nan menghembuskan perpecahan ke dlm barisan umat, seperti Ibnu Saba' Al Yahudi (34 H), Ma'bad Al Juhani (80 H), Ghailan Ad Dimasyqi (105 H), Ja'ad bin Dirham (124 H), Jaham bin Shafwan (128), Washil bin Atha' & Amr bin Ubaid. Mereka adalah tokoh-tokoh utama penebar akar bid'ah & kesesatan. Hingga sekarang, kebid'ahan mereka masih tumbuh subur dlm tubuh umat; bahkan semakin kokoh menjalar & mengakar, semakin kuat meracuni hati & pemikiran umat Islam.
Karena kebodohan atau sikap pura-pura bodoh, sebagian orang menyangka bahwa sejarah firqah sudah berlalu & habis. Padahal hingga saat ini, setiap firqah besar menjadi akar bid'ah, & masih ada; bahkan semakin menggeliat & hidup menjamur di tubuh umat, bagaikan virus nan susah dibasmi. Firqoh-firqoh seperti Rafidhah, Syi'ah, Khawarij, Qadariyah, Mu'tazilah, Jahmiyah, ahli kalam, ahli filsafat & ahli tasawwuf, sampai sekarang pemikiran & kesesatan mereka tumbuh subur & menyebar di tengah-tengah masyarakat Islam, dibungkus dgn kemasan tsaqafah & ilmu pengetahuan. Sedangkan ummat, karena jauhnya mereka dari nilai agama & aqidah nan benar, sehingga dapat terpengaruh oleh pemikiran bid'ah & sesat tersebut.
Maraji':
Manhaj Dakwah Ibnu Taimiyah, Dr. Abdullah bin Rasyid Al Hausyani.
Al Qur'an Al Karim.
Al Mufahras Li Alfadil Qur'an, Muhammad Fuad Abdul Baqi.
Mu'jam Mufahras Li Alfadhil Hadits.
Shahih Bukhari.
Shahih Muslim.
Sunan Abu Daud.
Sunan Tirmidzi.
Sunan Ibnu Majah.
Sunan Nasa'i.
Sunan Ad Darimi.
Musnad Ahmad.
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqalani.
Syarah Sahih Muslim, Imam Nawawi.
Al Adabul Mufrad, Bukhari.
Syarhus Sunnah, Imam Abu Muhammad Al Barbahari.
Ahli Sunnah Wal Jama'ah Al Inthilaqul Kubra, Muhammad Abdul Hadi Al Misri.
Basha'ir Dzawi Al Syaraf Bi Syarhi Marwiyat Manhaj Al Salaf, Abu Usamah Salim bin 'Id Al Hilali.
Limadza Ikhtartu Manhaj As Salafi, Syaikh Salim Al Hilali.
Mujmal Aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al Aqal.
Dirasatun Fil Ahwa Wal Firaq Wal Bida', Dr. Nashir bin Abdul Karim Al Aqal.
Mabahits Fi Aqidah Ahli Sunnah Wal Jama'ah, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al Aqal.
Mauqif Ahli Sunnah Wal Jama'ah Min Ahlil Ahwa' Wal Bida', Dr. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaili.
Qadhaya Aqidah Mu'ashirah, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al Aqal.
Talbisul Iblis, Ibnul Jauzi.
Tahqiq Mawaqif Shahabat Fil Fitnah, Muhammad Amhazun.
Madkhal Lidirasatil Aqidah Al Islamiyah, Dr. Ibrahim Al Buraikan.
Ma Anna Alaihi Wa Ashabi, Ahmad Salam.
Kitabus Syari'ah, Imam Abu Bakar Muhammad bin Husain Al Ajuri.
Al Amr Bil Ma'ruf Wan Nahyu ‘Anil Munkar, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Mashadirul Istidlal Ala Masail I'tiqad, Utsman Ali Hasan.
Silaturrahim, Khalid Ar Rasyid.
Ukhuwah Islamiyah Wa Atsaruha, Syaikh Abdullah bin Jarullah.
Al Ukhuwah Fillah, Abdullah bin Sulaim Al Qurasyi.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun VIII/1425H/2004M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
Referensi
(*1). HR Imam Ath Thabrani dlm Mu'jamul Kabir, juz 11, hlm. 215 & Al Baghawi dlm Syarah Sunnah, juz 3, hlm. 429; Majmauz
awaid, juz 1, hlm. 90, serta Silsilah Hadits Shahihah, juz 2, hadits no. 998.
(*2). Shahih Sunan Abi Dawud, Al Albani, no. 3012.
(*3). Al Bukhari dlm Al Adab Al Mufrad, no. 544; Ash Shahihah, no. 451.
(*4). HR Muslim, no. 6. 494.
(*5). HR Bukhari, no. 660; Malik dlm Muwatha' & Imam Tirmidzi dlm Sunan-nya, kitab Az uhud
(*6). HR Bukhari, no. 13; Muslim, no. 45; Ahmad dlm Musnad-nya, no. 176 & Tirmidzi dlm Sunan-nya, no. 5. 215.
(*7). HR Muslim, no. 2. 567.
(*8). HR Al Bukhari dlm Al Adabul Mufrad, no. 594 & Shahih Al Jami' Ash Shaghir, no. 3. 004.
(*9). Shahih Sunan Abi Dawud, Al Albani, no. 3. 030.
(*10). HR Al Bukhari dlm Al Adabul Mufrad, no. 542.
(*11). Qadhaya Aqidah Mu'ashirah, Syaikh Nashir bin Abdul Karim Al Aqal, hlm. 9-10.
sumber: www.almanhaj.or.id penulis Ustadz Abu Ahmad Zainal Abidin Syamsuddin tags: Alaihi Wa Sallam, Hari Kiamat, Ukhuwah Islamiyah, Sabda Nabi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar